Apakah memasak nasi itu mudah?
Banyak yang menjawab, “Iya, tinggal colok listrik, tunggu, lalu matang sendiri.”Tapi kenyataannya, tidak sesederhana itu.
Bayangkan para remaja yang sehari-harinya tinggal di rumah dengan bantuan ART. Nasi selalu tersaji di meja makan tanpa pernah tahu prosesnya. Saat diberi tantangan menanak sendiri, tak sedikit yang bingung: berapa takaran air? Bagaimana menyalakan kompor dengan aman? Dan bagaimana kalau nasi jadi lembek, keras, atau bahkan hangus?
Inilah yang coba dilatih dalam Perkemahan Cahaya Nusantara IV di SMP Cahaya Quran. Selama tiga hari perkemahan, dapur pondok diliburkan dari tugas memasak untuk santri. Hanya panitia dan guru saja yang mendapat suplai makan dari dapur. Sisanya, para peserta harus mengandalkan kekompakan regu untuk memasak sendiri.
Uniknya, mereka tidak serta merta “dihukum” langsung di lapangan. Beberapa hari sebelum perkemahan, para santri sudah mendapat pelatihan singkat tentang cara menanak nasi dan memasak lauk sederhana menggunakan kompor. Jadi ketika tiba di arena perkemahan, mereka sudah punya bekal pengetahuan, tinggal diuji keterampilan dan kerjasamanya.
Momen memasak ini ternyata bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan perut. Lebih dari itu, ada nilai soft skill survival yang sangat penting: kemandirian, tanggung jawab, kerjasama, hingga kreativitas dalam mengolah bahan sederhana menjadi santapan nikmat.
Ketika regu lain menanak nasi terlalu banyak air hingga lembek, atau ada yang gosong karena api terlalu besar, di situlah pengalaman berharga lahir. Mereka belajar mengatur, membagi peran, bahkan menertawakan kekonyolan yang justru memperkuat solidaritas.
Dari sekadar nasi yang mengepul di atas panci, para santri SMP Cahaya Quran menemukan makna: bahwa hidup tidak selalu instan. Ada proses yang harus dilewati, ada kerja sama yang harus dijaga, dan ada rasa syukur ketika setiap butir nasi akhirnya tersaji hangat di piring.
Perkemahan kali ini bukan hanya soal pionering, semaphore, atau lomba maskot. Tapi juga tentang belajar menjadi manusia yang tangguh, kreatif, dan siap menghadapi tantangan hidup—bahkan yang sesederhana menanak nasi.
Cahaya Nusantara Camp 4 digelar SMP Cahaya Quran dengan tema “Wujudkan Solidaritas dan Kreativitas Menuju Pelajar yang Berkualitas”.
Kegiatan berlangsung pada 19–21 September 2025 di Buper Kampung Cahaya – Babat, dengan ragam agenda: Scout Chef, Scout Intelligent, Miniatur Pioneering, Outbond, Adventure, Artistic Creation, Design Mascot, Creation Semaphore.
